Rasanya sudah cukup tangan ini menulisnya. Karena kaupun tidak akan menyadarinya. Apa yang kurasakan atau kuinginkan dari dirimu. Apalagi karena aku tidak pernah ingin memberitahumu. Kau hanyalah siluet keemasan dalam hatiku. Sosok yang begitu memukau namun tidak akan pernah berwujud hingga dapat mengisi ruangnya.
Rasanya sudah habis bibir ini kugigiti. Karena rasa gugup dan berdebar membayangkanmu. Bahkan hanya untuk menggambarkanmu dalam benakku. Bila benak sudah tampak jelas, maka hatiku bukanlah milikku lagi. Tapi seluruhnya kepunyaanmu. Dan kenyataannya aku selalu gagal untuk mengusirmu dari benakku. Kau tidak usah kuatir. Karena itu sudah menjadi keseharianku. Dan bila itu hilang, aku akan sepi karenanya. Jadi jangan kau coba untuk mengambilnya dariku. Aku tak perlu dirimu, aku hanya butuh impianku. Setidaknya aku tetap hidup karenanya.
Mungkin kau pikir aku gila. Bahwa hanya dengan satu kenangan konyol semua akan berubah untuk kita berdua. Saat kita berpelukan di hujan, aku tahu kau tidak bermaksud untuk itu. Pelukan itu hanya simpatimu padaku. Sayang aku salah mengartikannya, kalau pelukan itu bukan untukku namun untuk rasa simpatimu. Saat hatiku sedang terbelah kau datang untuk menyambungnya kembali. Dan saat kaulakukan itu tanpa sadar hatiku tak ingin lepas darimu.
Namun itu tidak ada artinya. Ternyata kau lebih memilih gadis-gadis lain yang tentunya lebih di matamu. Dibandingkan aku yang lemah ini, karena bisa kau miliki hanya dengan satu rasa iba. Itupun hanya sekali. Tidak lagi dan tidak pernah lagi. Dan aku tetap menjadi pendengar yang baik, yang selalu ada untukmu saat kau gundah, dengan segenap hatiku.
Orang menuding betapa bodohnya aku. Walau ada yang mengatakan, pelukan di hujan malam itu telah menunjukkan segalanya. Namun segalanya tetap kosong dimataku. Si otak pintar, Si tubuh semampai, Si wajah menawan tetap menjadi prioritasmu dan bukannya aku, Si pengagum dengan harapan kosong.
Tiga tahun aku telah mendampingimu, dan kini aku tetap disisimu. Sebagai sahabat terbaikmu, pendengar setiamu, penghibur kesedihanmu, apa yang bisa kuberikan padamu sebagai ungkapan rasa sayangku padamu. Sesuatu yang klise telah menjadi bagian dari kehidupanku. Aku tak harus memiliki semuanya. Tapi setidaknya kau memiliki semuanya. Karena kau sudah memiliki hatiku. Itu cukup adil bagiku.